"kedatangan sekitar 300 pengusaha asal negeri kanguru beberapa waktu lalu ke Tanah Air menjadi sinyal yang baik untuk mulai mendiskusikan hubungan perekonomian lagi,"JAKARTA -- Setelah hubungan Indonesia dan Australia sempat terganggu akibat kasus penyadapan yang dilakukan Australia terhadap mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta beberapa jajaran Kabinetnya, serta ketegangan dalam masalah pengungsi, saat ini hubungan Indonesia dan Australia kembali mesra.
Walau sempat kembali memanas saat Presiden Joko Widodo memberikan izin untuk mengeksekusi mati dua gembong narkotika Myuran Sukumaran dan Andrew Chan dari Australia, tetapi Australia sepertinya tidak benar-benar bisa lepas dari Indonesia.
Indonesia dan Australia mulai melirik kembali Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (IA CEPA). Demikian disampaikan Dirjen Industri Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Senin.
"IA CEPA sempat berhenti (dibahas), karena tidak ada kesepahaman. Mungkin saja didiskusikan kembali, karena hubungan lagi bagus," ujar Sigit.
IA-CEPA merupakan kesepakatan bagi kedua negara dalam upaya mendorong kerjasama investasi. Menurut Sigit, kedatangan sekitar 300 pengusaha asal negeri kanguru beberapa waktu lalu ke Tanah Air menjadi sinyal yang baik untuk mulai mendiskusikan hubungan perekonomian lagi.
Pasalnya, kondisi neraca perdagangan Indonesia-Australia saat ini terbilang surplus, di mana Indonesia memimpin, meskipun nilainya relatif kecil.
Diketahui, Australia merupakan mitra dagang terbesar ke-12 bagi Indonesia dan merupakan investor asing terbesar ke-12 di Indonesia pada 2015.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi bersama Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop. (Foto: Istimewa) |
Beberapa kerjasama bilateral yang dibahas diantaranya adalah di bidang perdagangan dan investasi, ekonomi digital, ilmu pengetahuan dan inovasi, riset dan teknologi. (fg)
Sumber: Antara